MENU DISABILITAS

Jln. Syech Nawawi Al Bantani Blok Instansi Vertikal No.01 KP3B Curug Kota Serang
[email protected]
Artikel

Bahtera Kebahagian Hidup

Bahtera kebahagian Hidup


  • Jumat, 28 Mei 2021
  • 453 Views

Share this article

- Foto : -

BAHTERA KEBAHAGIAN HIDUP

MANUSIA diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna. Namun demikian, kapasitas yang diberikan sangat terbatas. Keterbatasan ini mengharuskan manusia berhubungan dengan pihak lain dalam aktivitas hidupnya. Agama mengatur hubungan manusia dengan Tuhan untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya. untuk kebutuhan sosialnya, manusia tidak terlepas dari orang lain. demikian juga halnya ia harus berinteraksi dengan alam sekitarnya demi kemanfaatan hidup yang lebih besar.

Manusia sebagai individu menjadi anggota suatu organisasi yang sering disebut masyarakat. Hal itu merupakan suatu kebutuhan batiniah manusia. Setiap individu tidak bisa lepas dari kelompok-kelompok masyarakat, karena manusia hidup mempunyai keinginan dan kebutuhan yang sama untuk mencapai suatu titik kebahagiaan.

Mencintai kesenangan dan membenci kesakitan adalah suatu realitas alami, yang tempatnya tersembunyi di balik kehidupan setiap orang. Manusia tidak dapat dituntut untuk secara sukarela menoleransi pahitnya penderitaan tanpa menikmati sesuatu kesenangan. Kecintaan manusia pada dirinya sendiri yang berarti kecintaan pada kesenangan dan kebahagiaan bagi dirinya.

Kebencian kepada kesakitan dan penderitaan adalah motif yang mendorongnya untuk mencari nafkah dan mempersiapkan dirinya dengan kebutuhan-kebutuhan materialistisnya. Pemikiran yang sempit tentang kehidupan, sering mengakibatkan manusia beranggapan bahwa lapangan kehidupannya satu-satunya dalam alam semesta yang besar ini adalah kehidupan materialistis pribadinya, dan beranggapan bahwa tidak akan beroleh apa-apa dalam kehidupan ini kecuali kesenangan yang dimungkinkan baginya didapat melalui materi.

Manusia mempunyai kesediaan yang inherent dalam dirinya untuk menikmati berbagai hal baik yang bersifat materialistis, seperti makan, minum, seks, dan sebagainya, ataupun yang nonmaterialistis seperti kesenangan-kesenangan perilaku dan emosi, yakni menikmati prinsip-prinsip etika dan hubungan spiritual atau sesuatu kepercayaan dan iman tertentu.

Kesediaan semacam itu yang mendorong manusia untuk menikmati berbagai jenis kesenangan berbeda derajatnya disetiap individu. Hal ini disebabkan perbedaan keadaan dan lingkungan manusia, unsur-unsur lain dan tingkat pendidikan yang memengaruhinya. Di balik semua kesediaan itu, sikap atau insting egois dalam diri manusia yang memberikan jalan pada manusia untuk lebih menyukai sesuatu untuk mencapai prinsip tersebut.

Apabila insting (watak) egois menduduki posisi semacam itu dalam dunia manusia, dan "nafs" atau "diri" tidak berarti lain daripada energi materialistis yang terbatas, dan kesenangan sekadar kesenangan dan kenikmatan yang diberikan oleh materialisme, manusia secara wajar untuk merasakan bahwa bidang pendapatannya adalah terbatas, ruang lingkupnya sempit, dan tujuan dalam hidupnya untuk mendapatkan kesenangan materialistis saja. Jalan untuk mencapainya tentu saja terbatas pada urat nadi kehidupan, yakni kekayaan yang membuka pintu bagi seseorang untuk mencapai segala maksud dan hasrat-hasratnya.

Di sinilah agama menjalankan risalahnya yang besar yang beban tugasnya tidak terpikulkan oleh lembaga lain mana pun. memadukan kriteria insting tentang kerja dan hidup, yakni sikap egoisme dan kriteria yang seharusnya menjadi basis bagi kerja dan hidup untuk menjamin kebahagiaan, kemakmuran, dan kesejahteraan bagi manusia.

Agama Islam telah menginterpretasikan tentang hidup. Islam meluaskan lingkup hidup manusia, menanamkan dalam dirinya suatu pandangan yang lebih dalam atas kepentingan-kepentingan dan keuntungan-keuntungan sendiri, mengubah kerugian yang sesaat menjadi keuntungan yang sesungguhnya dalam pandangan yang demikian dalam, dan keuntungan yang sesaat menjadi kerugian yang sesungguhnya pada hari kesudahannya.

Islam telah menggariskan pandangan hidup yang tepat bagi manusia. Islam membuat manusia percaya bahwa kehidupan bersumber dari prinsip kesempurnaan yang mutlak, bahwa kehidupan manusia di dunia ini hanyalah suatu persiapan untuk suatu dunia yang bebas dari jerih payah dan penderitaan.dengan demikian mempersiapkan manusia dengan suatu tolok ukur yaitu keridaan Allah, karena tidak semua yang didesakkan oleh kepentingan individu itu adalah halal, Sebaliknya segala sesuatu yang menyebabkan kerugian individu adalah haram dan tidak dikehendaki.

"Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barang siapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri" (Q.S. Fushilat: 46)
Tujuan yang telah digariskan Islam bagi kehidupan manusia yaitu rida Ilahi dan kriteria etik untuk menimbang segala perbuatan ialah sejauhmana perbuatan tersebut sesuai dengan tujuan yang suci tersebut. Orang yang benar kehidupannya ialah orang yang mencapai tujuan yang telah digariskan Islam. Karakteristik Islam yang sempurna ialah karakter yang telah menggariskan segala macam langkah menurut pedoman tujuan hidup yaitu rida Ilahi dan mengikuti setiap syarat kriteria tersebut.

"Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dan tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barang siapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki didalamnya tanpa hisab. "(Q.S Almu'minun:40).

Ayat lain mengungkapkan hal yang sama tentang balasan bagi orang yang tujuan kehidupan di dunianya selalu disandarkan pada rida Ilahi. "Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat Zarrah pun niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat Zarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya pula. " (Q.S. Az-Zalzalah :6-8).

Pemahaman spiritual tentang hidup adalah dasar yang dikemukakan oleh agama Islam kepada umat manusia, yaitu mencapai rida Ilahi. Rida ( kerelaan atau kesukaan) itu suatu kriteria yang membawa bahtera ke pantai kebahagiaan hidup, kesalehan, kebaikan, dan keadilan manusia. (MIN 1 Tangerang)

Previous post